BANDA
ACEH - Memasuki dekade ke dua, dari Tsunami yang melanda Aceh dan
sebagian wilayah Asia Tenggara. Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana
atau Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC),
Universitas Syiah Kuala kembali menggelar workshop dan ekspo
internasional yang diberi nama The 10th Aceh International Workshop and
Expo on Sustainable Tsunami Disaster Recovery (AIWEST-DR 2016).
Kegiatan
AIWEST-DR 2016 ini akan berlangsung di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh
pada tanggal 22 s.d. 24 November 2016 dan akan dibuka secara resmi oleh
Bapak Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Samsul Rizal, M.Eng.
Ketua
panitia, Dr. Eng. Syamsidik menyebut, agenda tahunan bertema "Entering
the Second Decade of the 2004 Indian Ocean Tsunami: Are We Better
Prepared?" akan diisi oleh pemateri dari nasional, dan mancanegara.
Pembicara
utama yang akan hadir diantaranya, Prof. Philip F. Liu (National
University of Singapore, Singapore) dan Prof. Fumihiko Imamura
(Universitas Tohoku, Japan).
Selain
pemateri dari TDMRC Universitas Syiah Kuala dan beberapa pakar
kebencanaan di Aceh, kegiatan ini juga akan diisi oleh beberrapa invited
speakers, yaitu hadir Prof. Yasuo Tanaka (Universiti Tunku Abdurrahman,
Malaysia), Prof. Dinil Pusphalal (Universitas Tohoku, Jepang) dan Prof.
Alexander Fekete (Cologne University of Applied Sciences, Jerman), Dr.
Aiko Sakurai dari IRIDeS Universitas Tohoku dan Dr. Harkunti P. Rahayu
dari ITB.
Selain
presentasi dari para pakar kebencanaan dunia, acara ini akan juga diisi
dengan Mini Expo dari 9 lembaga/organisasi dan sebuah forum diskusi
untuk mahasiswa yang belajar kebencanaan mewakili Unsyiah dan
Universitas Tohoku di Jepang. Para mahasiswa Unsyiah yang akan
berdiskusi di forum tersebut merupakan peserta kelas Kolaborasi
Disasters, Decisions, and Development (D3) yang merupakan kerjasama
antara Universitas Stanford di Amerika dan Unsyiah.
"Setelah
memasuki dekade kedua dari Samudera Hindia 2004 Tsunami, dunia telah
mengalami perkembangan untuk fokus pada konsep pengurangan risiko
bencana yang berkelanjutan. AIWEST-DR pertama kali diluncurkan pada
tahun 2006 sebagai bagian dari kontribusi Universitas Syiah Kuala untuk
memastikan pesan dari tsunami 2004 sampai ke seluruh kalangan dan
menjadi pelajaran bagi negara-negara rawan tsunami lainnya," kata
Syamsidik di Banda Aceh, Sabtu (19/11).
Awalnya,
lanjut Syamsidik, setiap tahun sejak 2006 hingga 2014, kegiatan ini
disebut sebagai Lokakarya Internasional Tahunan dan Expo di Sumatra
Tsunami Disaster Recovery.
Tahun
ini, TDMRC Unsyiah menjadikan nama acara ini menjadi nama baru, dengan
singkatan yang sama: Aceh International Workshop and Expo on Sustainable
Tsunami Disaster Recovery. "Kita ingin memastikan Sendai Frameworks
untuk Pengurangan Risiko Bencana, dirilis di Sendai-Jepang pada tahun
2015, menjadi resonansi dalam pikiran peneliti bencana, praktisi, dan
pembuat kebijakan," ujarnya.
Pada
kesempatan lain, Ketua TDMRC, Dr. Khairul Munadi juga menyampaikan
bahwa TDMRC Unsyiah merayakan dekade pertama dari ulang tahun sejak
berdirinya pada tahun 2006 di Tahun ini. "Ini akan menjadi kesempatan
terbaik bagi mereka yang telah terinspirasi dan termotivasi oleh tsunami
untuk berkumpul di forum ini, dan berbagi pengalaman apa yang telah
mereka capai untuk menciptakan lingkungan yang siap terhadap bencana,"
pungkasnya.
Khairul
Munadi juga menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian kegiatan
TDMRC Unsyiah sebagai Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi yang didanai
sepenuhnya oleh Kementerian Riset, Technology, dan Pendidikan Tinggi
(RISTEK DIKTI). Dalam kegiatan ini akan juga terjadi penandatangan
kerjasama antara International Research Institute of Disaster Science
(IRIDeS) Universitas Tohoku di Jepang dengan TDMRC Universitas Syiah
Kuala dan Museum Tsunami Aceh.
